![Picture](/uploads/6/1/7/2/61726883/447139212.jpg?359)
Pengukuran kuantitas gangguan pendengaran dilakukan dengan audiometer, yaitu alat elektronik yang memungkinkan penyampaian suara dengan frekuensi dan intensitas tertentu kepada telinga masing-masing melalui hantaran udara atau tulang.
Tes ini dikerjakan dalam ruangan yang kedap suara dan masking yang biasanya dilakukan dengan bunyi berspektrum luas disampaikan kepada telinga yang tidak diperiksa sehingga respons timbul berdasarkan persepsi telinga yang diperiksa.
Frekuensi dari 250 hingga 8000 Hz digunakan dalam tes klinis. Respons diukur dalam desibel. Satu desibel (dB) sama dengan 10 kaliIogaritma rasio kekuatan akustik yang diperlukan untuk mencapai ambang pada orang yang pendengarannya normal. Audiogram merupakan plot intensitas dalam desibel versus frekuensi.
Pola audiometrik pada gangguan pendengaran acapkali memiliki nilai diagnostik. Gangguan pendengaran konduktif biasanya mempunyai kenaikan ambang yang sama untuk setiap frekuensi. Gangguan pendengaran konduktif dengan komponen massa yang besar acapkali terlihat pada efusion telinga tengah, dan mempunyai kenaikan ambang yang lebih besar pada frekuensi suara yang lebih tinggi.
Gangguan pendengaran konduktif dengan komponen kekakuan yang besar, seperti pada fiksasi/ootplate stapes dalam proses otosklerosis yang dini, memiliki elevasi ambang yang lebih besarpada frekuensi suara yang lebih rendah. Secara umum, gangguan pendengaran sensorineural cenderung memiliki elevasi ambang yang lebih besar pada setiap frekuensi suara yang lebih tinggi.
Pengecualian yang menarik untuk genaeralisasi ini adalah gangguan pendengaran yang ditimbulkan oleh suara berisik di mana gangguan pada 4000 He lebih besar dibandingkan pada frekuensi suara yang lebih tinggi, dan pada penyakit Moniere, khususnya dalam stadium awal penyakit ini, di mana ambang pendengaran mengalami elevasiyang lebih besar pada trekuensi suara yang lebih tinggi.
Tes ini dikerjakan dalam ruangan yang kedap suara dan masking yang biasanya dilakukan dengan bunyi berspektrum luas disampaikan kepada telinga yang tidak diperiksa sehingga respons timbul berdasarkan persepsi telinga yang diperiksa.
Frekuensi dari 250 hingga 8000 Hz digunakan dalam tes klinis. Respons diukur dalam desibel. Satu desibel (dB) sama dengan 10 kaliIogaritma rasio kekuatan akustik yang diperlukan untuk mencapai ambang pada orang yang pendengarannya normal. Audiogram merupakan plot intensitas dalam desibel versus frekuensi.
Pola audiometrik pada gangguan pendengaran acapkali memiliki nilai diagnostik. Gangguan pendengaran konduktif biasanya mempunyai kenaikan ambang yang sama untuk setiap frekuensi. Gangguan pendengaran konduktif dengan komponen massa yang besar acapkali terlihat pada efusion telinga tengah, dan mempunyai kenaikan ambang yang lebih besar pada frekuensi suara yang lebih tinggi.
Gangguan pendengaran konduktif dengan komponen kekakuan yang besar, seperti pada fiksasi/ootplate stapes dalam proses otosklerosis yang dini, memiliki elevasi ambang yang lebih besarpada frekuensi suara yang lebih rendah. Secara umum, gangguan pendengaran sensorineural cenderung memiliki elevasi ambang yang lebih besar pada setiap frekuensi suara yang lebih tinggi.
Pengecualian yang menarik untuk genaeralisasi ini adalah gangguan pendengaran yang ditimbulkan oleh suara berisik di mana gangguan pada 4000 He lebih besar dibandingkan pada frekuensi suara yang lebih tinggi, dan pada penyakit Moniere, khususnya dalam stadium awal penyakit ini, di mana ambang pendengaran mengalami elevasiyang lebih besar pada trekuensi suara yang lebih tinggi.